Friday, August 15, 2008

JANJIMU SEPERTI FAJAR (story behind the song) ,

Semoga kita semakin dikuatkan di dalam Tuhan dengan kisah ini...Tuhan
memberkati..



JANJIMU SEPERTI FAJAR (story behind the song)


"JanjiMu s'perti fajar pagi hari....
yang tiada pernah terlambat bersinar....
cintaMu s'perti sungai yang mengalir....
dan kutahu betapa dalam kasihMu.........."

Demikian lirik dari reff lagu "JanjiMu Seperti Fajar".
Hampir semua umat Kristen dari berbagai denominasi Gereja bisa menyanyikannya.
Saya ingat, suatu kali dalam pelayanan kunjungan ke Rumah Sakit,
kami menyanyikan lagu-lagu penghiburan dari kamar ke kamar, untuk menguatkan dan memberi
pengharapan kepada pasien-pasien yang sedang terbaring lemah di Rumah Sakit.

Ada seorang pasien yang meminta lagu JanjiMu Seperti Fajar dinyanyikan.
Pasien ini menderita kanker stadium lanjut dan sudah sangat lemah.
Kerabat keluarga yang dikasihi mengelilinginya, dan bersama-sama kami menyanyikan lagu
ini.
Tak terasa airmata menetes. Rasa haru yang dalam begitu kuat menguasai kami, dan kasih
Bapa terasa dicurahkan atas pasien itu.
Teman-teman juga pasti mengalaminya saat menyanyikan lagu ini.
Ada kekuatan baru yang dilimpahkan ke atas setiap yang menyanyikannya.
Yang jelas...banyak orang diberkati, tapi nggak banyak yang tahu siapa penulis lagu ini.
Penasaran ???
Untuk itu, saya sengaja meminta kepada songwriter, Afen, untuk menuliskan story behind
the song. Apa yang dialaminya, sehingga lagu yang sangat powerful ini tercipta. Original
lho. From the deepest heart of songwriter "JanjiMu Seperti Fajar".......



Nama saya Afen Hardianto.

Saya tinggal di Malang bersama dengan istri dan 2 anak saya yang perempuan 6 tahun dan
yang laki-laki 4 tahun.
Saya berpacaran dengan istri saya sejak duduk dibangku SMA. Pada masa kita masih pacaran
hubungan kita ditentang oleh keluarga istri saya. Tetapi kita tetap berpacaran sampai
akhirnya kita mendapatkan restu untuk menikah. Tanpa saya sadari ternyata saya menyimpan
kepahitan dari akibat hubungan kami yang dulunya ditentang.



Dan kepahitan itu saya simpan dan pupuk dan saya bawa di pernikahan sampai menyebabkan
hubungan saya dengan istri menjadi kurang harmonis di tahun-tahun awal pernikahan kami.
Kemudian masuklah pihak ke tiga yang semakin memperkeruh keadaan rumah tangga kami. Dan
rumah tangga saya semakin amburadul.
Saya menolak dan menganggap istri saya sebagai penghalang kebahagiaan saya, sehingga
saya membenci istri saya. Rasa cinta terhadap istri sudah tidak ada lagi, yang ada
adalah kebencian yang menumpuk. Saya selalu menyakiti hati istri saya, walaupun istri
saya tidak membalas tetapi saya semakin menyakitinya.
Saya tidak mempedulikan anak saya, dan saya pun sibuk dengan keegoisan saya sendiri.
Yang dilakukan istri saya hanya berdoa dan berpuasa, bahkan saat ia mengandung anak kami
yang ke 2, ia berpuasa Ester untuk saya.
Istri saya menutupi segala keadaan yang terjadi dalam rumah tangga kami dari
keluarganya. Ia berpegang pada firman Tuhan di Amsal 21:1 :
"jika hati raja-raja ada didalam genggaman tangan Tuhan,
apalagi hati seorang Afen"

Tetapi saya tetap tidak memperdulikannya sampai pada akhirnya saya menyuruh istri saya
untuk pergi dan saya antarkan istri dan anak saya pulang ke rumah orang tua istri saya.
Dan orang tua istri saya pun menerima mereka dan juga menghendaki perpisahan ini dan
megharapkan akan berujung pada perceraian. Saat itu istri saya berkata kepada saya, ini
bukan akhir dari segalanya. Setelah saya meninggalkan istri dan anak saya, saya berpikir
saya akan menjalani hidup saya yang baru. Tetapi pada suatu malam pada saat saya sendiri
Tuhan mengingatkan saya pada anak saya yang pertama, saya tiba-tiba merasakan rindu dan
kangen sekali pada anak saya itu. Waktu itu anak saya masih berusia 1,5 tahun. Hati saya
hancur dan saya menangis.
Saya berkata kepada Tuhan :
" Tuhan apakah akhir dari hidupku akan seperti ini, saya yang dari dulu (SMP) sudah
melayani Tuhan sebagai pemain musik tetapi apakah rumah tanggaku akan berakhir dengan
perceraian?"

Tiba-tiba Tuhan memberikan melodi kepada saya lagu : "JanjiMu Seperti Fajar", dimana
rencana saya lagu ini akan saya simpan untuk saya pribadi.
Tetapi pada saat pendeta saya mau rekaman, pendeta saya kekurangan 1 lagu dan ia
bertanya kepada saya, apa saya mempunyai lagu.
Dengan malu-malu saya tunjukkan lagu JanjiMu Seperti Fajar kepadanya.
Saya benar-benar tidak menyangka lagu tersebut ternyata menjadi berkat bagi banyak
orang, termasuk saya dan keluarga.




Dan singkat cerita Tuhan memulihkan keluarga saya.
Istri, dan anak-anak saya juga sudah kembali bersatu dengan saya.
Bahkan anak ke 2 saya yang dulu saya tolak dan lahir secara premature tanpa saya
dampingi juga lahir dalam keadaan yang normal dan sehat.
Dan setelah keluarga saya kembali bersatu, saya juga baru mengetahui bahwa pada saat
keluarga saya berantakan setiap hari istri saya menuliskan kata-kata iman di sebuah
buku.



Didalam tulisannya tersebut istri saya mengatakan :
Suamiku Afen pasti dikembalikan Tuhan padaku, keadaan ini adalah baik bagiku karena
pasti ada anugerah besar bagiku,
suamiku Afen adalah suami yang takut akan Tuhan,
suamiku Afen adalah suami yang mengasihiku,
semua ini mendatangkan kebaikan bagiku karena Tuhan pembelaku ada di pihakku.

Dan sekarang saya benar-benar merasakan pemulihan yang Tuhan kerjakan di dalam hidupku,
bahkan saya juga tidak menyangka bahwa lagu JanjiMu Seperti Fajar menjadi lagu terbaik
Indonesian Gospel Music Award 2006, menjadi theme song sebuah sinetron dengan judul yang
sama, dan Tuhan memelihara hidup kami sekeluarga juga melalui lagu tersebut.
Terima kasih Tuhan Yesus Memberkati.
(from Afen Hardianto)

....wow...sungguh testimony yang mengharu biru.
Teman-teman pasti lebih dikuatkan lagi ya.
Nggak pernah menyesal ikut Yesus, karena di dalam Yesus nggak ada tuh yang namanya dead
end. Selalu ada jalan keluar. Selalu ada pengharapan yang baru. Pengharapan yang tidak
pernah sia-sia.
Kalau Afen (especially his wife) mengalami jalan keluar, kita juga akan mengalami jalan
keluar.

Because our destiny is being more than a conquerer !!!
Selamat berjuang !!!

No comments: